Setelah satu bulan wafatnya Kiai Sahlan M. Noor Pengasuh Pondok Pesantren Mubtaghal Mujtahidin Sedan. Kini kabar duka kembali datang, wafatnya KH Chaizul Ma’ali (Mbah Ali) yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Misykatul Anwar Siodrejo, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Ketua Rabithah Ma’ahid Al Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU) Ustadz Mahsun menceritakan kedekatannya dengan Mbah Ali yang dikenal sebagai sosok ulama yang sangat aktif di organisasi NU, aktif dibidang pendidikan agama, dan sangat peduli terhadap masyarakat.
“Inna lillahi wa Inna ilaihi roji’un, duka yang sangat mendalam atas meninggalnya salah satu ulama kita yaitu KH Chaizul Ma’ali pada Ahad malam Senin (26/7/2020), jam 20.40 WIB di usia 78 tahun. Mbah Ali adalah aktivis organisasi NU, aktivis dibidang pendidikan agama Islam, dan sangat peduli pada masyarakat, semoga amal-amal soleh itu diterima oleh Allah SWT,” kata Ustadz Mahsun kepada nurfmrembang.com, Senin (27/7/2020) malam.
Pertama, Mbah Ali rela mendampingi pelajar atau santri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) turba ke desa-desa di pelosok Kecamatan Sedan untuk membentuk ranting-ranting. Perjungan Mbah Ali kala itu dilakukan penuh perjuangan yang hanya berbekal lampu petromak dan berjalan kaki.
“Saya tidak kuat menahan tangis, ketika mengingat Mbah Ali berjuang di Nahdlatul Ulama tahun 1992 ketika menjabat sebagai Suriyah MWC NU Sedan rela mendampingi IPNU IPPNU, karena waktu itu saya masih di IPNU turba kedesa-desa dengan berjalan kaki. Dikarenakan belum ada listrik, saat itu Mbah Ali menemani turba ke desa-desa dengan membawa lampu petromak dipikul dengan sebuah tongkat dan berjalan kaki untuk pembentukan ranting-ranting,” bebernya.
Kedua, dalam bidang pendidikan agama Islam, Ustad Mahsun salah satu dari ribuan santri Mbah Ali menjelaskan KH Chaizul Ma’ali adalah Mujahid dibidang keilmuan pendidikan, terbukti dengan sosok kiai yang murabbi tidak pernah lepas dari dunia pendidikan. Menurutnya, Mbah Ali tidak pernah ada rasa gengsi meskipun mengajari anak-anak yang baru belajar baca Al-qur’an, padahal Mbah Ali merupakan sebagai seorang pengajar kitab Ihya’ Ulumuddin, dan pengajar Tafsir Al-Qur’an.
“Saya lahir tahun 1969, beliau sudah mengajar di Madrasah Tuhfatus Shibyan Waru, Kecamatan Sedan, sebelumnya juga pernah mengajar di Madrasah Diniyah Miftahul Huda Sedan. Selain itu, juga pernah mengajar di Madrasah Riyadlotut Thalabah Sedan,” jelasnya.
Sampai akhirnya di dunia pendidikan Mbah Ali mengajar di Madrasah Hidayatus Shibyan Sedan dari seorang guru sampai menjadi Mudirul ‘Am. Hal tersebut selanjutnya Mbah Ali dikenal sebagai orang yang disiplin.